Tuesday, May 23, 2017

pergertian pembelajaran bahasa arab dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu peristiwa belajar dan peristiwa mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.

1.      Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan sebagainya. Sedangkan pengertian lain menyebutkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam buku yang lain Oemar Hamalik menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan”.
Lebih lanjut Sardiman mengatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesngajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:
ü  Kesiapan (readiness): yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
ü  Motivasi: yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu Tujuan yang ingin dicapai. 
Sedangkan belajar bahasa Arab merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Fungsi bahasa Arab dalam Islam tampak dalam kegiatan-kegiatan peribadatan seperti lafaz sholat, adzan, iqomah dan lain-lain. Karena sifatnya yang ritual maka lafaz-lafaz tersebut harus diucapkan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.


2.      Pengertian Mengajar.
Seiring dengan perkembangan zaman, definisi mengajar dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini ada beberapa definisi tentang mengajar yang dilontarkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya adalah:
Menurut pandangan William H.Burton dalam Subana, dkk, “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun menurut Nana Sudjana pada hakikatnya “mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya atau usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan merekayasa lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Sedangkan pengertian pengajaran menurut Sastra Widjaja, pengajaran adalah “suatu usaha mengubah seseorang agar ia dapat berperilaku tetap dimana usaha mengubah itu dilakukan secara terkendali”. Sedangkan Ahmad Rohani menjelaskan bahwa pengajaran adalah “totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up”. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa konsep pengajaran adalah upaya seorang guru secara menyeluruh dan terorganisir dalam proses belajar mengajar mulai dari perencanaan hingga evaluasi untuk mencapai perubahan tingkah laku peserta didik.
Sedangkan Depag merumuskan bahwa “Pengajaran bahasa Arab adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing dn mengembangkan dan membina kemampuan bahasa Arab siswa baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab dalam hal ini bahasa Arab fusha”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Menurut Arif dalam bukunya Abdul Hadis Psikologi dalam Pendidikan disebutkan bahwa masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik.
Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor-faktor tersebut dengan pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya” 
Berikut akan dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:
o   Media dan instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam membantu guru mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa sehingga menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
o   Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar-mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.
o   Metode pengajaran memiliki peranan yang penting dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar artinya proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar yang bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
o   Evaluasi atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Tanpa adanya evaluasi guru tidak akan mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tidak bisa menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan untuk memperbaikinya.
Syaikh Mustafa Al Gulayani dalam bukunya bahasa Arab lengkap dengan terjemahannya “Jamiuddurus Arobiyah” mendefinisikan bahasa Arab sebagai berikut : bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan. Jadi pembelajaran bahasa arab adalah salah satu mata pelajaran aktif dan inti yang interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran dalam proses membelajarkan peserta didik.

B.     Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan perbedaan struktur antar satu bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema tersebut muncul dari kalangan pengajar (guru) dan peserta didik itu sendiri. Pembagiannya problematika dalam pembelajaran bahasa arab yaitu ada dua, pertama problema linguistik dan non-lingistik.
a.        Problematika Linguistik
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiri sebagai bahasa Asing bagi anak-anak Indonesia. Problema yang datang dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran bahaa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.Adapun  yang termasuk problematika linguistik adalah sebagai berikut :
b.      Tata bunyi
Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya, akan tetapi aspek tata bunyi sebagai dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena pertama, tujuan pembelajaran bahasa Arab hanya diarahkan agar pelajar mampu memahami bahasa tulisan yang trdapat dalam buku-buku berbahasa Arab. Kedua, pengertian hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode gramatika-terjamahan. Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas metode ini tidak lengkap dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu pada dasarnya adalah ujaran. Memang perlu diketahui bahwa diberbagai pesantren, masjid, bahkan di rumah-rumah dalam rangka mengajarkan Al-Qur’an telah diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut makharijul huruf dalam ilmu tajwid. 
Akan tetapi ilmu tersebut menitik beratkan perhatian hanya untuk kepentingan kemahiran membaca Al-Qur’an, bukan untuk tujuan membina dan mengembangkan kemahiran menggunakan bahasa Arab. Jadi selama ini tata bunyi kurang diperhatikan dalam mempelajari bahasa Arab. Akibatnya seorang yang sudah lama mempelajari bahasa Arab masih juga kurang baik dalam pengucapan kata-kata atau kurang cepat memahami kata-kata yang diucapkan orang lain. Akibatnya seanjutnya masih terdapat kesalahan menulis ketika pelaaran didiktekan baik pelajaran bahasa Arab atau pelajaran-pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa Arab.
c.          Kosa kata
Faktor menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab dan bagi guru bahasa Arab di Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena sudah banyak sekali kata Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Namun demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
o   Pegeseran arti.
o   Lafaznya berubah dari bunyi aslinya tetapi artinya tetap.
o   Lafaznya tetap, tetapi artinya sudah berubah seperti kata “kalimat” yang bahasa Indonesianya adalah susunan kata-kata, sedangkan arti dalam bahasa arab kata-kata.
o   Tata kalimat
Ilmu nahwu bukanlah ilmu mempelajari i’rab yaitu perubahan akhir kata karena berubah fungsi kata itu adalah kalimat, dan binaa’ yaitu tidak adanya prubahan akhir kata meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. Ilmu nahwu adalah sintak yakni ilmu menyusun kalimat, sehingga kaidah-kaidahnya mencakup hal-hal lain disamping i’rab dan binaa’.
o   Tulisan
Adapun faktor yang mugkin menghambat pembelajaran bahasa arab ialah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan bahasa siswa (tulisan latin) . Oleh karena itu, tidak mengherankan jika meskipun sudah duduk di perguruan tinggi seperti IAIN, masih juga membuat kesalahan dalam menulis Arab baik mengenai pelajaran bahasa maupun ayat-ayat Al-Quran dan Hadits, baik pada buku catatan ataupun dalam karangan-karangan ilmiah.[2]
3.      Problematika Non Linguistik
a.       Siswa
b.      Materi & Kurikulum
c.       Metode
d.      Media & Sarana Prasarana
e.       Guru
f.       Lingkungan (Kebahasan)
g.      Waktu Belajar
Adapun yang termasuk Non-Linguistik [Siswa]
a.       Sikap
b.      Motivasi
c.       Minat [Interest]
d.      Furuq fardiyah
e.       Orientasi
f.       Cara pandang “Bahasa Arab sulit”.
Sedangkan untuk Non-Linguistik [Materi-Kurikulum]
a.       Alokasi waktu pembelajaran
b.      Pemilihan materi yang menarik
c.       Kekurangan ketersediaan materi yang bervariasi
d.      Kemampuan dalam menyusun materi pembelajaran
Berikutnya problematika Non-Linguistik [Metode] sebagai berikut
a.       Ketidaktauan guru tentang metode
b.      Ketidaktepatan dalam memilih metode
c.       Metode yang ditawarkan guru tidak menarik
d.      Terobosan dalam metode pembelajaran
Dan problematika Non-Linguistik [Guru] adalah :
a.       Profesionalisme
b.      Pencontohan
c.       Kreativitas/ Inovasi
d.      Kemampuan memahami metode
e.       Mencari alternatif metode
f.       Penentuan Metode yang tepat
Sedangkan problematika Non-Linguistik [Media] adalah :
a.       Keterbatasan media yeng tersedia
b.      Keterbatasan kemampuan sekolah dalam menyediakan media pembelajaran
Dan problematika Non-Linguistik [Lingkungan] adalah :
a.       Kelas (more than 20)
b.      Ketidakadaan lingkungan [berbahasa] yang memadai (kondusif).[3]
Dalam pembelajaraan bahasa Arab masih banyak problematika yang
diahadapi peserta didik maupun guru. Berikut beberapa problematika dan solusi
dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain :
1)        Rendahnya minat dan motivasi belajara siswa terhadap pelajaran bahasa
arab, maka guru harus terus emotivasi dan menyadarkan siswa akan
urgensinya belajar bahasa arab
2)        Tidak adanya keseimbangan (rate) peserta didik dalam kelas studi bahasa
arab. Siswa pembelajar cukup bervariasi ada yang sebelumnya sudah
mengenal bahasa Arab dan ada yang tidak memiliki latar belakang belajar
bahasa Arab, hal ini menyulitkan guru. Untuk mengatasi hal ini perlu
adanya kelas khusus dan intesif di luar jam sekolah bagi siswa yang belum
mengenal bahasa arab.
3)        Siswa kesulitan dengan materi pembelajaran bahasa arab karena tidak
adanya kesesuaian materi dengan tingkat intelektual siswa, materi pelajaran
bahasa jauh berada diatas jangkauan panalaran siswa, sehingga
menyulitkan mereka memahaminya, maka guru harus jeli dalam
memilihkan buku teks dan memberikan materi sesuai dengan kemampuan
siswa.
4)        Kesan negatif siswa terhadap bahasa Arab, bahwa bahasa Arab sulit dan
rumit untuk itu guru harus menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran bahasa arab agar siswa dapat dengan mudah memahaminya.
5)        Strategi dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab
sering tidak tepat, monoton dan tidak variatif. Karena itu guru harus pandai
dalam memilih strategi dan metode. Strategi dan metode harus
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan variatif sehingga
peserta didik tidak cepat bosan.
6)        Sulitnya membentuk lingkungan bahasa Arab. Hal ini menyebabkan siswa
kesulitan dalam mengembangkan kemampauan bahasa Arabnya secara
aktif. Maka perlu dibentuk Club bahasa Arab di sekolah sekolah yang
mengajarakan bahasa Arab.
7)        Guru tidak terbiasa menggunakan bahasa arab dalam pembelajaran.
Minimnya guru yang menguasai bahasa arab secara aktif dan masih
banyak yang malu untuk praktik. Untuk mengatasi hal ini guru bahasa
Arab harus aktif dan berani memprtaktekkannya sehingga siswa ikut
termotivasi untuk bisa berbahasa Arab secara aktif.[4]

C.     Upaya-Upaya Untuk Mengatasi Problematka Pembelajaran Bahasa Arab
Untuk mengatasi problema pembelajaran bahasa arab diperlukan seorang guru bahasa arab yang lebih profesional dalam menyampaikan materi atau memilii strategi mengajar yang handal sehingga siswa mudah dapat mendengarkan ucapan melalui petunjuk guru tetang lafaz dan kosa kata yang baik dan sekaligus dapat memahami arti atau maksud dari materi yang telah dipelajari.
Kemudian untuk memotivasi belajar siswa paerlu adanya pelajaran tambahan bahasa arab, agar siswa termotivasi dalam memahami, membaca, menulis, dan menghafal mufradhat. Setelah iu guru dapat mengetahui keberhasilan siswa melalui evaluasi pembelajaran bahasa arab selesai. Upaya untuk mengatasi problematika pembelajaran bahasa arab dari segi linguistik adalah sebagai berikut: 
Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al-Qur’an, yaitu dengan mempelajari makharijul huruf. Pada tingkatan ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswanya agar berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab. Karena bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahasa lain, yaitu dalam bahasa Arab, siswa akan memahami bahasa Arab (tulisannya) terlebih dahulu sebelum tulisanya itu dibacanya. Suatu hal yang sangat meguntungkan bagi pelajar ialah, jika mereka ingin mempelajari bahasa Arab, dalam bahasa Indonaesia ada banyak perbendaharaaan kata yang aslinya diambil dari bahasa Arab. Dengan persamaan kata Arab dan kata Indonesia yang sudah tersedia akan memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa Arab.
Tata kalimat dalam bahasa Arab disebut nahwu dan sharaf, adalah sangat penting jika ingin memahami tulisan berbahasa Arab. Tetapi jika seseorang bertujuan ingin memperlancar pembicaraan, maka tidak cukup hanya berbekal dengan nahwu sharaf saja, melainkan harus sering latihan dalam hal ini secara berimbang yaitu : sima’iyah, muhadtsah, kitabah, dan qira’ah. Dari segi tulisan, tulisan bahasa Arab berkaitan dengan imla’ dan khat. Dalam bahasa Indonesia hurufnya ditulis dari kiri ke kanan, maka huruf Arab ditulis dari kanan kae kiri. Hal ini juga memerlukan waktu latihan yang cukup menyita waktu bagi siswa, asal tekun semuanya akan mudah diatasinya.
Latihan-latihan yang dapat memberikan kemampuan menulis bahasa Arab dengan melalui tahap-tahapnya sebagai berikut yakni : pengenalan huruf hijaiyah, latihan tentang huruf hijaiyah, latihan vokal dan konsonan, latihan tentang al qamariah dan al syamsiah, dan pengenalan syaddah dan tanwin. Dalam pembelajaran bahasa Arab dewasa ini, sebagaimana materi materi pelajaran bahasa Arab mengandung hal-ha yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kulturil bangsa Arab yang ada hubungannya dengan praktek penggunaan bahasa Arab. 
Untuk mengatasi problematika di atas tersebut hendaknya sebahagian materi-materi pelajaran bahasa Arab mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sosial-kulturil orang Indonesia yang hubungannya dengan materi kontekstual sesuai dengan pengalaman bahasa pelajar. Hal tersebut penting oleh karena dengan pengetahuan sekitar sosio-kulturil diharapkan pelajar bahasa Arab dapat lebih cepat memahami pengertian dari ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, dan nama-nama benda yang khas bagi bahasa Arab dan tidak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia[5]
Di samping itu semua masih ada beberapa solusi yang bisa membantu pembelajaran bahasa arab menjadi efektif dan efisien, dengan  cara
1.    Mengatasi problem berdasarkan identifikasi jenis dan sebab, keterkaitan. (pre-post-pasca)
a. Analisis kontrastif
b.    Error analysis
2.    Memberi porsi yang memadai untuk problem yang terdidentifikasi dengan mempertimbangkan.
a.       Metode
b.      Penjenjangan
c.       Drill (memberi porsi yang memadai)
d.      Exercises (memberi porsi yang memadai)
3.    Menyederhanakan nahwu dan sharaf, minimal menyederhanakan istilah yang digunakan.[6]

Jadi intinya problematika bahasa arab di MI :
1). Linguistik
2). Non-Linguistik
a.Problem Linguistik
1). Tata bunyi
2). Kosa kata
b. Non-Linguistik
o   Siswa
o   Materi & Kurikulum
o   Metode
o   Media & Sarana Prasarana
o   Guru
o   Lingkungan (Kebahasan)
o   Waktu Belajar
Upaya-Upaya Untuk Mengatasi Problematka Pembelajaran Bahasa Arab
ü  guru bahasa arab yang lebih profesional dalam menyampaikan materi atau memilii strategi mengajar
ü  perlu adanya pelajaran tambahan bahasa arab, agar siswa termotivasi dalam memahami, membaca, menulis, dan menghafal mufradhat
ü  dengan mempelajari makharijul huruf
ü  dengan memperdalamtata bahasa nahwu sharaf
ü  Latihan-latihan yang dapat memberikan kemampuan menulis bahasa Arab dengan melalui tahap-tahapnya

ü  materi-materi pelajaran bahasa Arab mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sosial-kulturil orang Indonesia yang hubungannya dengan materi kontekstual sesuai dengan pengalaman bahasa pelajar.

No comments:

Post a Comment

contoh proposal kuantitatif lengkap judul penerapan metode demontrasi melalui media sederhana

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MEDIA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA PESERTA DIDIK KELAS IV MIN BAB I P...