BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu peristiwa belajar dan
peristiwa mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi
kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.
1. Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku mengandung pengertian
yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan
sebagainya. Sedangkan pengertian lain menyebutkan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Dalam buku yang lain Oemar Hamalik menyatakan
bahwa “belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu
mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan”.
Lebih lanjut Sardiman mengatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar
itu juga akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Perubahan perilaku dalam proses
belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya
berlangsung secara disengaja. Kesngajaan itu sendiri tercermin dari adanya
faktor-faktor berikut:
ü
Kesiapan
(readiness): yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
ü
Motivasi: yaitu
dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu Tujuan yang ingin
dicapai.
Sedangkan belajar bahasa Arab merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim. Fungsi bahasa Arab dalam Islam tampak dalam kegiatan-kegiatan
peribadatan seperti lafaz sholat, adzan, iqomah dan lain-lain. Karena sifatnya
yang ritual maka lafaz-lafaz tersebut harus diucapkan dalam bahasa aslinya
yaitu bahasa Arab.
2. Pengertian Mengajar.
Seiring dengan perkembangan zaman, definisi mengajar dari tahun ke tahun
selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini ada beberapa definisi tentang
mengajar yang dilontarkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya adalah:
Menurut pandangan William H.Burton dalam Subana, dkk, “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun menurut Nana Sudjana pada hakikatnya “mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya atau usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan merekayasa lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Menurut pandangan William H.Burton dalam Subana, dkk, “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun menurut Nana Sudjana pada hakikatnya “mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya atau usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan merekayasa lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Sedangkan pengertian pengajaran menurut Sastra Widjaja, pengajaran adalah
“suatu usaha mengubah seseorang agar ia dapat berperilaku tetap dimana usaha
mengubah itu dilakukan secara terkendali”. Sedangkan Ahmad Rohani menjelaskan
bahwa pengajaran adalah “totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali
dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, dari evaluasi ini diteruskan
dengan follow up”. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa konsep pengajaran adalah
upaya seorang guru secara menyeluruh dan terorganisir dalam proses belajar
mengajar mulai dari perencanaan hingga evaluasi untuk mencapai perubahan
tingkah laku peserta didik.
Sedangkan Depag merumuskan bahwa “Pengajaran bahasa Arab adalah suatu
proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing dn mengembangkan
dan membina kemampuan bahasa Arab siswa baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan
sikap positif terhadap bahasa Arab dalam hal ini bahasa Arab fusha”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Menurut Arif dalam
bukunya Abdul Hadis Psikologi dalam Pendidikan disebutkan bahwa masalah
interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua
faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan
faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan
peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat
lain dapat berlangsung dengan baik.
Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor
media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah,
fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi,
kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor-faktor tersebut
dengan pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil
interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya”
Berikut akan dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:
o
Media dan instrumen
pembelajaran memiliki pengaruh dalam membantu guru mendemonstrasikan bahan atau
materi pelajaran kepada siswa sehingga menciptakan proses belajar-mengajar yang
efektif dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar
proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
o
Fasilitas belajar
yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh terhadap
keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang
tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi
belajar-mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.
o
Metode pengajaran
memiliki peranan yang penting dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar
artinya proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai
jenis metode mengajar yang bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah memilih
berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
o
Evaluasi atau
penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan
untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru.
Tanpa adanya evaluasi guru tidak akan mengetahui hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dan tidak bisa menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan
untuk memperbaikinya.
Syaikh Mustafa Al Gulayani dalam bukunya bahasa Arab lengkap dengan
terjemahannya “Jamiuddurus Arobiyah” mendefinisikan bahasa Arab sebagai berikut
: bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan
maksud dan tujuan. Jadi pembelajaran bahasa arab adalah salah satu mata
pelajaran aktif dan inti yang interaksi antara berbagai komponen yang saling
berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran dalam proses membelajarkan peserta
didik.
B. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan perbedaan
struktur antar satu bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran
bahasa Arab merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat
pelaksanaan proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema
tersebut muncul dari kalangan pengajar (guru) dan peserta didik itu sendiri. Pembagiannya
problematika dalam pembelajaran bahasa arab yaitu ada dua, pertama problema
linguistik dan non-lingistik.
a. Problematika
Linguistik
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu
sendiri sebagai bahasa Asing bagi anak-anak Indonesia. Problema yang datang
dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan
keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran
bahaa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar
mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.Adapun yang
termasuk problematika linguistik adalah sebagai berikut :
b. Tata bunyi
Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung
berabad-abad lamanya, akan tetapi aspek tata bunyi sebagai dasar untuk mencapai
kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan
karena pertama, tujuan pembelajaran bahasa Arab hanya diarahkan agar pelajar
mampu memahami bahasa tulisan yang trdapat dalam buku-buku berbahasa Arab.
Kedua, pengertian hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode
gramatika-terjamahan. Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas
metode ini tidak lengkap dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu
pada dasarnya adalah ujaran. Memang perlu diketahui bahwa diberbagai pesantren,
masjid, bahkan di rumah-rumah dalam rangka mengajarkan Al-Qur’an telah
diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut makharijul huruf dalam ilmu tajwid.
Akan tetapi ilmu tersebut menitik beratkan perhatian hanya untuk
kepentingan kemahiran membaca Al-Qur’an, bukan untuk tujuan membina dan
mengembangkan kemahiran menggunakan bahasa Arab. Jadi selama ini tata bunyi
kurang diperhatikan dalam mempelajari bahasa Arab. Akibatnya seorang yang sudah
lama mempelajari bahasa Arab masih juga kurang baik dalam pengucapan kata-kata
atau kurang cepat memahami kata-kata yang diucapkan orang lain. Akibatnya
seanjutnya masih terdapat kesalahan menulis ketika pelaaran didiktekan baik pelajaran
bahasa Arab atau pelajaran-pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa
Arab.
c. Kosa kata
Faktor menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab dan bagi guru bahasa
Arab di Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena sudah
banyak sekali kata Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa
daerah. Namun demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa
siswa dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
o
Pegeseran arti.
o
Lafaznya berubah
dari bunyi aslinya tetapi artinya tetap.
o
Lafaznya tetap,
tetapi artinya sudah berubah seperti kata “kalimat” yang bahasa Indonesianya
adalah susunan kata-kata, sedangkan arti dalam bahasa arab kata-kata.
o
Tata kalimat
Ilmu nahwu bukanlah ilmu mempelajari i’rab yaitu perubahan akhir kata
karena berubah fungsi kata itu adalah kalimat, dan binaa’ yaitu tidak adanya
prubahan akhir kata meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. Ilmu
nahwu adalah sintak yakni ilmu menyusun kalimat, sehingga kaidah-kaidahnya
mencakup hal-hal lain disamping i’rab dan binaa’.
o
Tulisan
Adapun faktor yang mugkin menghambat pembelajaran bahasa arab ialah tulisan
Arab yang berbeda sama sekali dengan bahasa siswa (tulisan latin) . Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika meskipun sudah duduk di perguruan tinggi seperti
IAIN, masih juga membuat kesalahan dalam menulis Arab baik mengenai pelajaran
bahasa maupun ayat-ayat Al-Quran dan Hadits, baik pada buku catatan ataupun
dalam karangan-karangan ilmiah.[2]
3. Problematika Non Linguistik
a. Siswa
b. Materi & Kurikulum
c. Metode
d. Media &
Sarana Prasarana
e. Guru
f. Lingkungan (Kebahasan)
g. Waktu Belajar
Adapun yang termasuk Non-Linguistik [Siswa]
a. Sikap
b. Motivasi
c. Minat [Interest]
d. Furuq fardiyah
e. Orientasi
f. Cara pandang “Bahasa Arab sulit”.
Sedangkan untuk Non-Linguistik
[Materi-Kurikulum]
a. Alokasi waktu pembelajaran
b. Pemilihan materi yang menarik
c. Kekurangan ketersediaan materi
yang bervariasi
d. Kemampuan dalam menyusun
materi pembelajaran
Berikutnya problematika Non-Linguistik [Metode] sebagai
berikut
a. Ketidaktauan guru tentang metode
b. Ketidaktepatan dalam memilih metode
c. Metode yang ditawarkan guru
tidak menarik
d. Terobosan dalam metode pembelajaran
Dan problematika Non-Linguistik
[Guru] adalah :
a. Profesionalisme
b. Pencontohan
c. Kreativitas/ Inovasi
d. Kemampuan memahami metode
e. Mencari alternatif metode
f. Penentuan Metode yang tepat
Sedangkan problematika Non-Linguistik [Media] adalah
:
a. Keterbatasan media yeng
tersedia
b. Keterbatasan kemampuan sekolah
dalam menyediakan media pembelajaran
Dan problematika Non-Linguistik
[Lingkungan] adalah :
a. Kelas (more than 20)
Dalam pembelajaraan bahasa Arab masih banyak problematika yang
diahadapi peserta didik maupun guru. Berikut beberapa problematika dan solusi
dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain :
diahadapi peserta didik maupun guru. Berikut beberapa problematika dan solusi
dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain :
1) Rendahnya minat dan
motivasi belajara siswa terhadap pelajaran bahasa
arab, maka guru harus terus emotivasi dan menyadarkan siswa akan
urgensinya belajar bahasa arab
arab, maka guru harus terus emotivasi dan menyadarkan siswa akan
urgensinya belajar bahasa arab
2) Tidak adanya
keseimbangan (rate) peserta didik dalam kelas studi bahasa
arab. Siswa pembelajar cukup bervariasi ada yang sebelumnya sudah
mengenal bahasa Arab dan ada yang tidak memiliki latar belakang belajar
bahasa Arab, hal ini menyulitkan guru. Untuk mengatasi hal ini perlu
adanya kelas khusus dan intesif di luar jam sekolah bagi siswa yang belum
mengenal bahasa arab.
arab. Siswa pembelajar cukup bervariasi ada yang sebelumnya sudah
mengenal bahasa Arab dan ada yang tidak memiliki latar belakang belajar
bahasa Arab, hal ini menyulitkan guru. Untuk mengatasi hal ini perlu
adanya kelas khusus dan intesif di luar jam sekolah bagi siswa yang belum
mengenal bahasa arab.
3) Siswa kesulitan
dengan materi pembelajaran bahasa arab karena tidak
adanya kesesuaian materi dengan tingkat intelektual siswa, materi pelajaran
bahasa jauh berada diatas jangkauan panalaran siswa, sehingga
menyulitkan mereka memahaminya, maka guru harus jeli dalam
memilihkan buku teks dan memberikan materi sesuai dengan kemampuan
siswa.
adanya kesesuaian materi dengan tingkat intelektual siswa, materi pelajaran
bahasa jauh berada diatas jangkauan panalaran siswa, sehingga
menyulitkan mereka memahaminya, maka guru harus jeli dalam
memilihkan buku teks dan memberikan materi sesuai dengan kemampuan
siswa.
4) Kesan negatif siswa
terhadap bahasa Arab, bahwa bahasa Arab sulit dan
rumit untuk itu guru harus menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran bahasa arab agar siswa dapat dengan mudah memahaminya.
rumit untuk itu guru harus menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran bahasa arab agar siswa dapat dengan mudah memahaminya.
5) Strategi dan metode
yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab
sering tidak tepat, monoton dan tidak variatif. Karena itu guru harus pandai
dalam memilih strategi dan metode. Strategi dan metode harus
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan variatif sehingga
peserta didik tidak cepat bosan.
sering tidak tepat, monoton dan tidak variatif. Karena itu guru harus pandai
dalam memilih strategi dan metode. Strategi dan metode harus
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan variatif sehingga
peserta didik tidak cepat bosan.
6) Sulitnya membentuk
lingkungan bahasa Arab. Hal ini menyebabkan siswa
kesulitan dalam mengembangkan kemampauan bahasa Arabnya secara
aktif. Maka perlu dibentuk Club bahasa Arab di sekolah sekolah yang
mengajarakan bahasa Arab.
kesulitan dalam mengembangkan kemampauan bahasa Arabnya secara
aktif. Maka perlu dibentuk Club bahasa Arab di sekolah sekolah yang
mengajarakan bahasa Arab.
7) Guru tidak terbiasa
menggunakan bahasa arab dalam pembelajaran.
Minimnya guru yang menguasai bahasa arab secara aktif dan masih
banyak yang malu untuk praktik. Untuk mengatasi hal ini guru bahasa
Arab harus aktif dan berani memprtaktekkannya sehingga siswa ikut
termotivasi untuk bisa berbahasa Arab secara aktif.[4]
Minimnya guru yang menguasai bahasa arab secara aktif dan masih
banyak yang malu untuk praktik. Untuk mengatasi hal ini guru bahasa
Arab harus aktif dan berani memprtaktekkannya sehingga siswa ikut
termotivasi untuk bisa berbahasa Arab secara aktif.[4]
C.
Upaya-Upaya Untuk
Mengatasi Problematka Pembelajaran Bahasa Arab
Untuk mengatasi problema pembelajaran bahasa arab diperlukan seorang guru
bahasa arab yang lebih profesional dalam menyampaikan materi atau memilii
strategi mengajar yang handal sehingga siswa mudah dapat mendengarkan ucapan
melalui petunjuk guru tetang lafaz dan kosa kata yang baik dan sekaligus dapat
memahami arti atau maksud dari materi yang telah dipelajari.
Kemudian untuk memotivasi belajar siswa paerlu adanya pelajaran tambahan
bahasa arab, agar siswa termotivasi dalam memahami, membaca, menulis, dan
menghafal mufradhat. Setelah iu guru dapat mengetahui keberhasilan siswa
melalui evaluasi pembelajaran bahasa arab selesai. Upaya untuk mengatasi
problematika pembelajaran bahasa arab dari segi linguistik adalah sebagai
berikut:
Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al-Qur’an, yaitu
dengan mempelajari makharijul huruf. Pada tingkatan ini hendaknya guru bahasa
Arab bersabar untuk melatih siswanya agar berkali-kali mengucapkan huruf-huruf
Arab. Karena bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahasa lain, yaitu dalam
bahasa Arab, siswa akan memahami bahasa Arab (tulisannya) terlebih dahulu
sebelum tulisanya itu dibacanya. Suatu hal yang sangat meguntungkan bagi
pelajar ialah, jika mereka ingin mempelajari bahasa Arab, dalam bahasa
Indonaesia ada banyak perbendaharaaan kata yang aslinya diambil dari bahasa
Arab. Dengan persamaan kata Arab dan kata Indonesia yang sudah tersedia akan
memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa Arab.
Tata kalimat dalam bahasa Arab disebut nahwu dan sharaf, adalah sangat
penting jika ingin memahami tulisan berbahasa Arab. Tetapi jika seseorang
bertujuan ingin memperlancar pembicaraan, maka tidak cukup hanya berbekal
dengan nahwu sharaf saja, melainkan harus sering latihan dalam hal ini secara
berimbang yaitu : sima’iyah, muhadtsah, kitabah, dan qira’ah. Dari segi
tulisan, tulisan bahasa Arab berkaitan dengan imla’ dan khat. Dalam bahasa
Indonesia hurufnya ditulis dari kiri ke kanan, maka huruf Arab ditulis dari
kanan kae kiri. Hal ini juga memerlukan waktu latihan yang cukup menyita waktu
bagi siswa, asal tekun semuanya akan mudah diatasinya.
Latihan-latihan yang dapat memberikan kemampuan menulis bahasa Arab dengan
melalui tahap-tahapnya sebagai berikut yakni : pengenalan huruf hijaiyah,
latihan tentang huruf hijaiyah, latihan vokal dan konsonan, latihan tentang al
qamariah dan al syamsiah, dan pengenalan syaddah dan tanwin. Dalam pembelajaran
bahasa Arab dewasa ini, sebagaimana materi materi pelajaran bahasa Arab
mengandung hal-ha yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kulturil bangsa
Arab yang ada hubungannya dengan praktek penggunaan bahasa Arab.
Untuk mengatasi problematika di atas tersebut hendaknya sebahagian
materi-materi pelajaran bahasa Arab mengandung hal-hal yang dapat memberikan
gambaran sosial-kulturil orang Indonesia yang hubungannya dengan materi
kontekstual sesuai dengan pengalaman bahasa pelajar. Hal tersebut penting oleh
karena dengan pengetahuan sekitar sosio-kulturil diharapkan pelajar bahasa Arab
dapat lebih cepat memahami pengertian dari ungkapan-ungkapan, istilah-istilah,
dan nama-nama benda yang khas bagi bahasa Arab dan tidak ada persamaannya dalam
bahasa Indonesia[5]
Di samping
itu semua masih ada beberapa solusi yang bisa membantu pembelajaran bahasa arab
menjadi efektif dan efisien, dengan cara
1. Mengatasi problem berdasarkan
identifikasi jenis dan sebab, keterkaitan. (pre-post-pasca)
a. Analisis kontrastif
b. Error analysis
2. Memberi porsi yang memadai untuk
problem yang terdidentifikasi dengan mempertimbangkan.
a. Metode
b. Penjenjangan
c. Drill (memberi porsi yang memadai)
d. Exercises (memberi porsi yang
memadai)
Jadi
intinya problematika bahasa arab di MI :
1).
Linguistik
2).
Non-Linguistik
a.Problem
Linguistik
1).
Tata bunyi
2).
Kosa kata
b.
Non-Linguistik
o
Siswa
o
Materi & Kurikulum
o
Metode
o
Media & Sarana
Prasarana
o
Guru
o
Lingkungan (Kebahasan)
o
Waktu Belajar
Upaya-Upaya
Untuk Mengatasi Problematka Pembelajaran Bahasa Arab
ü guru
bahasa arab yang lebih profesional dalam menyampaikan materi atau memilii
strategi mengajar
ü perlu
adanya pelajaran tambahan bahasa arab, agar siswa termotivasi dalam memahami,
membaca, menulis, dan menghafal mufradhat
ü dengan
mempelajari makharijul huruf
ü dengan
memperdalamtata bahasa nahwu sharaf
ü Latihan-latihan
yang dapat memberikan kemampuan menulis bahasa Arab dengan melalui
tahap-tahapnya
ü materi-materi
pelajaran bahasa Arab mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran
sosial-kulturil orang Indonesia yang hubungannya dengan materi kontekstual
sesuai dengan pengalaman bahasa pelajar.
No comments:
Post a Comment